Gambar : RRI |
Jogjaterkini.id – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul mengungkapkan penurunan tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Bantul 2024 dibandingkan dengan Pilkada sebelumnya. Meski telah melakukan berbagai upaya sosialisasi, angka partisipasi tahun ini turun menjadi 75,96 persen dari 81,42 persen pada Pilkada 2020.
Ketua KPU Kabupaten Bantul, Joko Santosa, dalam konferensi pers di kantor KPU Bantul, Jumat (29/11/2024), menjelaskan bahwa penurunan sebesar 5,46 persen ini menjadi perhatian serius pihaknya. Namun, ia mengakui bahwa penyebab pasti dari penurunan tersebut belum dapat dipastikan.
“Nah, pada Pilkada kali ini, partisipasinya menurun menjadi 75,96 persen. Artinya penurunannya ada sekitar 5,46 persen,” ujarnya dikutip dari Tribun Jogja.
Dugaan Penyebab Penurunan Partisipasi
Joko memaparkan beberapa kemungkinan penyebab penurunan tersebut. Salah satunya adalah mobilitas penduduk Bantul yang bekerja di luar daerah.
“Kemungkinan pertama dikarenakan adanya penduduk asli Bantul yang bekerja di luar wilayah Bantul. Walau saat Pilkada kemarin sudah ditetapkan sebagai tanggal merah, tapi ada kemungkinan penduduk yang kerja di luar Bantul memilih untuk pulang kampung pada libur Natal dan pergantian tahun baru,” jelasnya.
Selain itu, maraknya kabar hoaks yang melibatkan para pasangan calon juga diduga berdampak pada tingkat kehadiran pemilih di tempat pemungutan suara (TPS).
“Berita hoax itu mempengaruhi masyarakat untuk males datang ke TPS Pilkada 2024. Jadi itu berdampak kepada partisipasi masyarakat untuk memilih,” tambah Joko.
Namun, ia menekankan bahwa faktor-faktor tersebut masih berupa perkiraan dan perlu dilakukan kajian lebih lanjut.
Fenomena Nasional
Penurunan partisipasi pemilih ternyata tidak hanya terjadi di Bantul, tetapi juga secara nasional. Joko menyebut bahwa fluktuasi tingkat partisipasi pemilih adalah hal yang umum terjadi dalam setiap penyelenggaraan Pilkada.
“Tapi, sebenarnya kalau kita lihat partisipasi pemilih Pilkada itu naik turun ya sejak 2005, 2010, 2015, 2020, dan sampai 2024 ini. Partisipasi pada 2005 itu ada di sekitar 76 persen, lalu pada 2010 cenderung turun sampai pada 2020 itu baru naik drastis,” paparnya.
Upaya KPU Bantul
Sebelum pelaksanaan Pilkada 2024, KPU Bantul telah berupaya keras meningkatkan partisipasi pemilih. Mereka menggandeng berbagai segmen masyarakat, seperti perempuan, pemilih muda, difabel, kelompok agama, hingga kelompok rentan.
“Lalu kami juga sudah melakukan sosialisasi kepada para pemilih pemula. Sosialisasi diberikan lewat pendidikan pemilih sejak dini dengan proses pemilihan ketua OSIS serentak. Bahkan itu sudah melibatkan ribuan siswa dengan dipaparkan adanya Pilkada 2024,” ungkap Joko.
Kendati demikian, hasilnya belum mampu memenuhi ekspektasi. KPU Bantul berkomitmen untuk terus mengevaluasi dan memperbaiki strategi sosialisasi agar partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi semakin meningkat pada kesempatan berikutnya.