Gambar : Medcom |
Jogjaterkini.id - Sumbu Filosofi Yogyakarta diresmikan sebagai warisan dunia oleh Komite Warisan Dunia (World Heritage Committee) pada Sidang ke-45 di Riyadh, Arab Saudi. Penetapan pada 18 September 2024 ini menegaskan status Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai aset budaya global yang berharga dengan judul resmi "the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks." Keputusan ini memberikan penghormatan mendalam atas konsep tata ruang unik yang ditata oleh pendiri Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Sumbu Filosofi Jogja mencakup kawasan dengan jalur lurus yang menghubungkan beberapa titik utama, dari Panggung Krapyak di selatan hingga Tugu Yogyakarta di utara. Struktur tata ruang ini berlandaskan pada kepercayaan Jawa tentang keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Prinsip ini terwujud dalam pemandangan lanskap Yogyakarta yang didominasi oleh poros imajiner Gunung Merapi di utara dan Laut Selatan di selatan, menggambarkan keagungan konsep keselarasan dalam kebudayaan Jawa.
Sejarah dan Makna Filosofis
Perencanaan tata ruang ini dirancang pada abad ke-18 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, atau Pangeran Mangkubumi. Beliau membangun tata kota Yogyakarta berdasarkan prinsip Jawa, Hamemayu Hayuning Bawono, yang berarti menjaga keindahan dan keselamatan alam. Pemilihan lokasi keraton di daerah dengan kontur tanah tinggi dan dikelilingi enam sungai juga menunjukkan pemahaman mendalam mengenai lingkungan.
Sumbu Filosofi tidak hanya mencerminkan simbolisme dalam harmoni alam, tetapi juga mengandung makna dalam kehidupan manusia. Dalam susunan ini, terdapat simbol-simbol seperti Tugu Golong-Gilig yang mewakili tekad luhur dan kesejahteraan rakyat, serta Panggung Krapyak yang melambangkan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.
Unsur-Unsur yang Membentuk Sumbu Filosofi
Konsep tata ruang Sumbu Filosofi Yogyakarta mencakup lima unsur alam: api (Gunung Merapi), tanah (Ngayogyakarta), air (Laut Selatan), angin, dan angkasa. Kelima unsur ini dipercaya mencerminkan keseimbangan kehidupan yang ideal dalam budaya Jawa. Selain itu, terdapat elemen tubuh, energi, dan jiwa, yang masing-masing direfleksikan dalam bagian-bagian dari tata ruang ini. Masing-masing elemen ini berfungsi sebagai pengingat bahwa setiap tindakan manusia hendaknya sejalan dengan alam dan semesta.
Pusat Kegiatan Budaya dan Tradisi
Tidak hanya sebagai pusat tata ruang, Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi saksi berbagai ritual dan tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kegiatan seperti upacara adat, seni budaya, serta festival-festival tertentu menghidupkan kawasan ini dan menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan. Tradisi seperti Sekaten dan Grebeg Maulud merupakan contoh nyata dari upaya masyarakat Yogyakarta dalam menjaga harmoni antara tradisi dan perkembangan zaman.
Makna Tugu Golong-Gilig dan Panggung Krapyak
Di ujung utara, Tugu Golong-Gilig atau Tugu Pal Putih menggambarkan simbol lingga dan yoni yang dipercaya sebagai simbol kesuburan. Tugu ini berbentuk bulat di bagian atas dan silindris di bawahnya, dengan warna putih sebagai simbol kesucian. Makna dari Tugu Golong-Gilig adalah penegasan atas sikap hidup Sultan yang tulus berbakti kepada Tuhan dan tekad kuat untuk mensejahterakan rakyatnya.
Di sisi selatan, Panggung Krapyak memiliki makna simbolis sebagai gambaran perjalanan manusia dari kelahiran hingga dewasa. Setiap komponen dari tata ruang ini menggambarkan fase-fase dalam siklus kehidupan manusia, dari lahir hingga kembali kepada Sang Pencipta, dan mengajarkan nilai bahwa hidup yang seimbang adalah hidup yang selaras dengan alam dan pencipta.
Kesimpulan
Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan wujud filosofi kehidupan Jawa yang mengutamakan keseimbangan, keharmonisan, dan keselarasan antara manusia dengan alam, Tuhan, dan sesama. Penetapannya sebagai warisan budaya dunia adalah bentuk pengakuan atas nilai universal yang terkandung di dalamnya, mengingatkan kita bahwa setiap ruang tidak sekadar memiliki bentuk, tetapi juga makna yang lebih mendalam. Dengan statusnya sebagai warisan dunia, Sumbu Filosofi Yogyakarta diharapkan akan terus dipelihara sebagai cerminan dari nilai luhur budaya Indonesia yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang.