TSMlBUA7TprpTUG5BSGlTfA7GA==

Internet Gratis Dorong Transformasi Digital UMKM Pesisir Gunungkidul

 

Internet Gratis Dorong Transformasi Digital UMKM Pesisir Gunungkidul
Gambar Ilustrasi : Freepik

Jogjaterkini.id - Era digital tak terelakkan lagi memaksa setiap lapisan masyarakat, termasuk mereka yang tinggal di daerah pesisir, untuk ikut bertransformasi agar dapat bertahan. Salah satu contoh nyata transformasi digital ini terjadi di Desa Kemiri, Kalurahan Kemiri, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Wilayah ini dikenal dengan penduduknya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, pekerjaan yang dilakoni warga desa semakin bervariasi. Salah satu sektor yang berkembang pesat adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Sari. Kelompok ini terkenal karena memproduksi tepung mocaf, yaitu tepung yang berbahan dasar singkong.

Vella Qodziah, salah satu anggota KWT Ngudi Sari, mengungkapkan bahwa transformasi digital menjadi kunci utama keberlangsungan usaha mereka hingga saat ini. "Pada awalnya, usaha kami tidak bersentuhan dengan digitalisasi. Semua dimulai pada 2014 ketika ada penyuluhan dari pemerintah kabupaten untuk membuat video proses pembuatan tepung mocaf," ungkap Vella dikutip dari Tribun Jogja.

Video tersebut kemudian diunggah ke salah satu akun YouTube milik pemerintah kabupaten, disertai dengan alamat usaha dan nomor telepon KWT Ngudi Sari. "Kami kaget karena banyak yang menonton video tersebut dan tertarik membeli produk kami. Banyak yang akhirnya menghubungi kami untuk memesan tepung mocaf," lanjutnya.

Dari situ, Vella dan rekan-rekannya melihat adanya peluang pasar yang lebih besar melalui digital. "Yang awalnya hanya mengandalkan penjualan dari mulut ke mulut dan door-to-door, kini kami beralih ke pemasaran digital lewat marketplace seperti Shopee dan Instagram dengan akun @NgudiSari_Store," ujarnya.

Transformasi digital ini juga membuka peluang bagi KWT Ngudi Sari untuk menciptakan produk turunan dari tepung mocaf, seperti kukis, maggleng, dan stik ubi, yang ternyata sangat diminati konsumen. "Penjualan online mampu menyumbang hingga 30 persen dari total penjualan kami," tambah Vella.

Meski transformasi digital membawa dampak positif, terutama selama pandemi COVID-19, Vella menekankan bahwa masih ada tantangan yang harus dihadapi, terutama terkait akses internet. "Di wilayah kami hanya ada satu provider, dan itu pun kadang sinyalnya tidak stabil. Jika akses internet bisa lebih baik, kami yakin usaha kami bisa berkembang lebih jauh," katanya.

Sementara itu, pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus berupaya meningkatkan akses internet di berbagai wilayah, termasuk daerah pesisir. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunungkidul, Setiyo Hartato, menyebutkan bahwa pihaknya telah menyediakan 1.401 titik layanan internet gratis di berbagai fasilitas umum, mulai dari sekolah hingga destinasi wisata.

"Internet gratis ini kami sebar di beberapa titik strategis untuk mendukung transformasi digital masyarakat. Di wilayah pesisir, ada tiga klaster jaringan internet gratis yang kami fasilitasi, termasuk melibatkan Kominfo DIY dan Kominfo RI/Bhakti," jelas Setiyo.

Pemerintah berharap dengan adanya internet gratis ini, masyarakat di wilayah pesisir juga dapat melek digital dan mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan. "Kami ingin menciptakan ekosistem digital yang kuat di masyarakat, sehingga peluang-peluang ekonomi baru bisa tercipta," pungkasnya.

Dengan tantangan yang masih ada, cerita KWT Ngudi Sari menunjukkan bahwa transformasi digital bukan hanya solusi bagi pelaku usaha di kota, tetapi juga bagi mereka yang tinggal di pelosok dengan akses terbatas. Namun, dukungan infrastruktur yang memadai tetap diperlukan agar potensi ini bisa dioptimalkan sepenuhnya

Ketik kata kunci lalu Enter

close
banner pasang iklan 970x90 pewarta network