 |
| Gambar Ilustrasi : Freepik |
Jogjaterkini.id - Kulonprogo, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali mendapatkan distribusi bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras. Bantuan ini datang di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok yang kian memberatkan masyarakat, terutama di kalangan warga kurang mampu. Beras sebanyak 10 kilogram per keluarga mulai disalurkan pada Oktober 2024 untuk yang kedua kalinya tahun ini.
Distribusi bansos ini dilakukan secara bertahap di tiap kalurahan, termasuk di Kalurahan Banjarharjo, Kapanewon Kalibawang. Pada Kamis (17/10/2024), puluhan warga tampak mengantri di Balai Kalurahan untuk menerima bantuan tersebut. Suasana terlihat tertib meskipun kebutuhan pangan semakin mendesak.
Dilansir dari Harian Jogja Supriyanto, salah satu penerima bansos di Banjarharjo, menyatakan rasa syukur atas bantuan beras yang diterimanya. Ia menuturkan, “Bantuan beras 10 kilogram ini dapat mengurangi beban pengeluaran kami, setidaknya minimal bisa dipakai untuk 20 hari ke depan.” Dengan jumlah anggota keluarga yang tiga orang, Supriyanto mengakui bahwa beras tersebut akan cepat habis. Namun, ia tetap berharap agar program seperti ini terus berlanjut dan semakin diperbanyak. “Keluarga saya ada tiga orang jadi 10 kilogram ini cukup cepat habisnya juga, kami harap kedepan bansos seperti ini makin banyak,” ujarnya.
Bansos pangan ini merupakan bagian dari program Pemerintah Pusat yang akan disalurkan sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Agustus, Oktober, dan Desember. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo, Agus Setiawan, menjelaskan bahwa terdapat 57.642 keluarga penerima manfaat di Kulonprogo. “Tujuan utama program ini untuk memastikan akses pangan terutama bagi warga tak mampu agar tercukupi,” ungkap Agus.
Tidak hanya soal distribusi pangan, program ini juga dianggap sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Agus Setiawan menekankan bahwa penerima bantuan ini adalah mereka yang termasuk dalam kelompok ekonomi bawah dan belum mendapatkan bantuan lain. “Penerimanya merupakan kelompok ekonomi bawah yang belum menerima bantuan lain, ini bentuk pemerataan dan strategi pengentasan kemiskinan,” jelasnya.
Selain membantu kebutuhan sehari-hari, bansos ini juga diyakini dapat mencegah kerentanan pangan di kalangan warga miskin. Pemerintah memastikan bahwa kualitas beras yang diberikan merupakan bagian dari cadangan pangan yang terjamin mutu dan kelayakannya untuk konsumsi harian. “Beras yang disalurkan ini bagian dari cadangan pangan pemerintah, kualitasnya cukup baik untuk konsumsi sehari-hari,” tambah Agus.
Dengan adanya bantuan beras ini, warga diharapkan bisa lebih tenang dalam menghadapi harga kebutuhan pokok yang terus melonjak. Di sisi lain, bansos ini menjadi salah satu langkah strategis yang signifikan dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di tingkat bawah.
Perspektif Baru: Pemberdayaan Melalui Bansos Pangan
Selain peran bansos dalam memenuhi kebutuhan pangan, program ini juga memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan lokal. Berbagai pihak dapat memanfaatkan bansos sebagai pemicu untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya lokal dan mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal. Inovasi seperti urban farming atau program pemberdayaan masyarakat dalam bercocok tanam bisa menjadi langkah ke depan untuk menciptakan kemandirian pangan di daerah-daerah yang rawan.
Dengan demikian, program bansos tidak hanya berfungsi sebagai bantuan langsung tetapi juga bisa menjadi pintu masuk untuk menciptakan ketahanan pangan yang lebih berkelanjutan. Pemerintah dan masyarakat bisa bersinergi untuk membangun ketahanan pangan yang kuat di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks.
